Sunday, February 6, 2011

a Sent Mail

Ibu, kini aku sudah berada di pijakan tanah yang berbeda darimu, entah berapa ribu mill membentang. Cucu laki-lakimu saat ini sedang pulas disampingku, Untunglah, jadi aku punya waktu menulis email. Wah, bibir mungil cucumu tersenyum lebar, terlihat gantheng seperti ayahnya. Baru kemarin, senyum itu bertransformasi menjadi tawa. Ya, kemarin, di rumah dimana aku menghabiskan tahun-tahun masa bermainku, rumah dimana tubuh dan jiwaku mendewasa. Cucumu sungguh menikmati segalanya tentang rumah itu, Bu, setiap sudut dan setiap detil di setiap ruang. Hmm… saat kami harus pergi pun, engkau tahu ia masih merengek meminta tinggal lebih lama. Nempel terus dia sama ibu. Bahkan tadi pagi seketika setelah bangun tidur Ditto-ku sudah menanyakanmu. “Uti mana, Bund?” pertanyaan itulah yang pertama kali muncul ketika kedua matanya terbuka. Kasihan…