Wednesday, January 5, 2011

Your Messages and Gulps of Water




Riuh pagi membangunkan Aruna dari lelap. Dua hari ini ia lebih banyak tersenyum, berfikir dan diam. Enggan ia beranjak, kembali berfikir. Sebuah nama datang begitu saja dari masa lalu, masa kecil, masa kanak-kanak. Senyum itu kembali nampak di sudut bibir Aruna.

Dulu mereka tak pernah bertegur sapa, meski tahu dengan jelas satu sama lain. Ketika itu, Aruna tiada mengenal cinta, hanya tahu ia tertarik, tertarik karena anak laki-laki itu terkenal pandai, itu saja. Aruna ingat seorang temannya berkelakar.

"Aruna, dia naksir sama kamu loh,"

dan Aruna lebih memilih berpura-pura tak perduli dan memperhatikannya dari jauh, dengan diam-diam, itu saja, sudah cukup. Gadis itu tertawa, bertapa ia merindukan dirinya menjadi polos tanpa cela. Nama itu, ya nama itu, sejak dua hari yang lalu meramaikan otaknya, bahkan terkadang cukup menghanyutkan, jiwanyapun memaksa untuk ikut terhanyut, hanyut dalam badai perenungan, ia tidak sama sekali berkeberatan.