Sunday, April 17, 2011

Hujan, aku padamu...







Aku lihat mereka berlomba,
berlomba menembus bumi,
membumi....

Engkau adalah mereka,
tak mungkin satu,
mungkin beribu-ribu... 



Hujan menari di pagi hari. Beberapa manusia mengeluh, sebagian lainnya memaki...

Beberapa hari ini hujan sering sekali menemani, terkadang merajuk, tak jarang pula memeluk, tak mau pergi. Seperti juga pagi ini. Aruna tidak pernah membenci hujan, hanya terkadang gemas, jilbabnya basah, kepalanya dingin, tubuhnya menggigil. Tapi hujan, ya hujan, ia selaksa teman sejati, teman sehidup semati.

Gadis itu selau megagumi hujan, selalu memuja sikapnya, terkadang juga bertanya-tanya: mau-maunya ia turun dari langit tertinggi hanya untuk bertegur sapa dengan bumi, hanya untuk membumi. Ia acuhkan kekuasaan singgasana dan memilih bersenda-gurau dengan gadis sepertinya. Bertapa Aruna merasa gembira karena memiliki hujan sebagai teman setia, teman sepanjang masa.

Setiap kali hujan menari, Aruna mengucapkan mantera dalam hati:


"Hujan,
bawakan aku tetesan bijakmu,
hingga ku kembung,
tiada lagi haus akan dunia....

Hujan,
dengarkan aku melodi rintikmu,
hingga ku limbung,
hanyut dalam syukur tiada tara...

Hujan,
aku padamu...."

2 comments:

  1. dan Sang Pencipta Hujan pun akan tetap berkarya, memuaskan dahaga sang pendamba hujan

    #eaaaaaaaaa

    baca post yang ini sambil membiarkan indera tubuh meliar....berasa sedang berdiri di jendela, menghirup aroma cappuccino dan melahap roti bakar sambil memandang hujan, tak henti bersyukur sekaligus berucap : Haduh, lupa gak bawa jas hujan! LOL...

    ReplyDelete
  2. Dear rain coat, I damnly hate you! Sincerely, influenza virus. LOL

    Rain n hot cappie, such as mimi lan mintuno. ^^,

    ReplyDelete