Menjelajah dunia pararel memang selalu mengasyikan. Aditya tidak perlu lagi berhadapan dengan istrinya yang cerewet, ia kini menjadi pria single berkekasih cantik menawan. Di dunia pararel, ia menjadi pengusaha tanpa harus tuduk pada aturan boss. Hanya saja, di dunia pararel, tidak ada si mungil yang selalu memanggilnya papa.
Seringkali laki-laki di awal tiga puluh tahun itu lupa akan dunia nyata. Ia sibuk mengembangkan bisnis yang ia bangun dari seonggok kayu. Lebih sukses dan lebih sukses menjadi cermin yang ia tatap setiap hari. Hingga akhir-akhir ini, dunia nyata sedikit ia abaikan. "Papa dimana, Ma?" tanya Nuri kecil penuh harap, dan hanya diam yang ia dapat dari mamanya.
Aditnya berkencan di tepi pantai dengan hembusan sepoi ombak. Terhanyut oleh langit yang merekah merah merona. Senja menyuapinya dengan salad buah yang ia bikin sendiri untuk kekasihnya. Dunia pararel ini sungguh sempurna. Namun ketika matahari tenggelam, sekejab dunia berganti. Dihadapannya kini sang istri.
"Anakmu menanyakanmu, Pah." tanya sang istri. "Loh, aku tidak kemana-mana. Dari kemarin disini saja." Sang istri meninggalkan suaminya di ruangan kerja itu. Ia tahu disana tempat suaminya berbagi dunia, meski hanya ranah imaji.
No comments:
Post a Comment