Saturday, October 27, 2012

Embun Fajar yang Bungah


Gadis itu beranjak dewasa, tubuhnya merona menggoda setiap pria. Ia terus mencari, mencari seseorang yang mendambanya karena arti.

         Laki-laki pertama ditemuinya di sebuah pesta dansa. Tubuhnya kekar, dambaan wanita segala usia. Sekali pandang, ia menyatakan cinta, kemudian gadis itu bertanya: “Mengapa engkau cinta?” Laki-laki itu menjawab: “Karena engkau rupawan dan sungguh menggoda.” Gadis itu merenung, kemudian menyajikan kerupawanannya untuk disantap habis olehnya.

         Kini, kerupawanannya musnah. Ia beralih dari pesta dansa menuju diskusi ilmiah dimana gadis itu bertemu dengan laki-laki kedua. Kata-katanya lugas mempesona. Tak berapa lama, ia menyatakan cinta. Gadis itu kembali bertanya: “Mengapa engkau cinta?” Laki-laki itu menjawab: “Karena engkau cerdas memukau.” Gadis itu kembali merenung, kemudian menempatkan otaknya di sebuah peti yang indah, dan menghadiahkannya kepada laki-laki kedua.

         Apalah kini yang tersisa, tiada penyesalan.  Ia menatap ke segala penjuru arah, dan mulai melangkah. Dalam perjalanan, ia bertemu laki-laki ketiga. Laki-laki yang menyapanya dengan tatapan. Dengan lirih laki-laki itu berbisik: “Akhirnya aku menemukanmu, cinta.” Gadis itu terheran dan kemudian bertanya: “Mengapa engkau cinta? Aku sudah tak punya kecerdasan dan rupa.” Laki-laki itu terdiam sejenak, kemudian mulai berkata: “Karena dalam ketiadaanmu, aku terus mencari dan menemukan arti.” Gadis itu tersenyum dan seketika musnah, menjelma embun disetiap fajar yang bungah. 

No comments:

Post a Comment