Untuk Tuan yang tak bisa tinggal tapi enggan berlalu
Saya tinggalkan secarik kertas bertulis sajak
Bukan tentang jatuh cinta maupun patah hati
Sajak sederhana ini, Tuan, tentang realita
Untuk Tuan yang tak bisa tinggal tapi enggan berlalu
Bagi saya rumah adalah Tuan dan saya
Sayangnya, duhai Tuan,
Bagi kita makhluk milenial, rumah bukanlah gua untuk bertapa
Kita lebih banyak mengembara dalam ruang dan waktu
Untuk Tuan yang tak bisa tinggal tapi enggan berlalu
Kita bergelut dalam ingin dan butuh
Kita ingin selalu pulang
Tapi sibuk memoles topeng untuk pentas
Ya, kita ini, Tuan, para pemeran yang tak pernah menghafal skrip cerita
Para penyanyi yang tak pernah tahu lirik lagu
Untuk Tuan yang tak bisa tinggal tapi enggan berlalu
Saat ini saya tersenyum, Tuan
Kalau saja ada seribu cerita dijual di pasar buku
Saya yakin cerita kitalah yang tak laku
Orang lebih suka cerita yang mudah
Orang lebih suka cerita yang indah
Bagi saya, Tuan, cerita kita cukup
Sekian Tuan,
Saya tidur dulu
Esok kita sambung lagi
Kemanakah aku harus melangkah dalam dimensi fraktal?
ReplyDeleteKaki meniti cita dan realita, tapi hati menuntun kenangan
Bak singa mencari mangsa, aku hanyalah pengembara mencari makna
Hidup diantara Akasha dan Gaia, terbelenggu oleh rasa
Untuk Tuan Yang Sudah Pergi Berlalu.
(Suara dari Valhalla)