Kerlip lampu membentuk bibir tawamu
Hanya itu yang tersisa
Bersama aromamu
Sisa mimpi semalam
Tawamu seringkali menemani
Dalam diamku, kerut keningku
Dalam pelukan malamku
Aku terlanjur membunuhmu
Menancapkan belati ke ulu hati
Aku terlanjur tertawa riang saat kau menghilang
Kini, nanti, tawamu terus menghampiri
Melilit nurani, sesaat pergi kemudian datang lagi
Setiap pagi, bersama secangkir kopi
Menghirup aromamu
Sisa mimpi semalam
No comments:
Post a Comment