Sunday, May 27, 2012

Biru Zamrud

Aku terjebak dalam lautan manusia, menjadi salah satu molekul dalam keutuhan samudera. Aku melihat manusia berjejal, saling tumpang tindih, saling menjegal, berebut posisi di permukaan air, menggeliat merindukan oksigen. Aku diantara mereka, menjadi penonton yang ikut terdesak hingga nafasku sesak.

Satu kali, aku tenggelam di laut dalam, arusnya tenang menghanyutkan. Dasar laut dipenuhi oleh manusia yang lelah dengan kemunafikan, mereka yang lebih memilih telanjang dalam pemikiran, mereka yang enggan melihat luka tergoreskan.

Sayang arus tak pernah tidur. Ia mengajakku bermain dengan liukannya, liukan yang terkadang mesra terkadang mendebarkan, membawaku merasakan nuansa berbagai kedalaman. Ada kalanya aku kalang kabut menghindari mulut-mulut ikan yang menganga lebar. Meski aku hanyalah sebuah molekul diantara milyaran lainnya, namun bukankah aku memiliki hak untuk bebas? Bebas dari belenggu tubuh ikan manapun?

Aku dan molekul air lainnya, ketika dilihat dari permukaan, menciptakan berbagai warna, dari biru zamrud, biru tua, hijau, merah, putih, bahkan kehitaman. Tapi tunggu, jangan kalian tertipu olehnya. Pinjamlah kaca mata Tuhan, warna kami sejatinya adalah homogen, warna air. Suhu, kadar garam, berat jenis, biologi laut dan kadar oksigen yang larut membuat kami tampak tak senada. Biru zamrud itu semu dalam pandanganmu.


No comments:

Post a Comment